Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Polisi Reka Ulang 35 Adegan Pembunuhan Menwa Amuntai

Barabai, ifakta.id  -- Direktorat Reserse Kriminal Umum Polres HST Melakukan rekonstruksi kasus pembunuhan mayat wanita berinisial RS (20 tahun) di markas Polres HST

Kendati media ini tak dapat memantau langsung jalannya rekonstruksi 9 Juni itu, terungkap jika pembunuhan RS digelar sebanyak 35 adegan.

“Diperankan langsung oleh tersangka Sandri (26),” ujar sumber terpercaya media ini, Jumat (17/6/22)

Reka adegan bermula pada Jumat 1 April atau sehari sebelum RS tewas dihabisi. Ketika itu Sandri mendatangi rumah RS di Amuntai bersama seorang rekannya. Kedatangannya untuk mengantarkan handphone yang hendak dibeli RS.

Kala itu Sandri disambut hangat oleh ayah RS, Ia disuguhi makanan, minuman bahkan diberi ongkos pulang ke Barabai Rp100 ribu.

Sebab, ayah RS merasa iba dengan cerita Sandri terkait masa lalunya. Sandri mengaku pernah dipenjara pada usia 16 tahun. Ia baru saja bebas. Sandri juga bercerita mengenai ayahnya yang masih menganut kepercayaan lama.

Karena tak tega, ayah RS kemudian menambah Rp50 ribu sebagai ongkos makan dan membeli rokok Sandri selama perjalanan pulang.

Namun, ayah RS merasa ada yang janggal saat Sandri melontarkan sebuah pertanyaan terkait berapa jumlah saudara Rika.

Seolah-olah ia sedang memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan untuk berniat buruk. Sebab, diketahui RS lima bersaudara yang semuanya merupakan perempuan.

Selain itu, mata Sandri juga kerap tertuju pada dua sepeda motor matik yang ada di pelataran rumah RS. Di situlah kecurigaan ayah RS menguat

Di adegan selanjutnya, Sabtu 2 April, RS kemudian bertolak menuju Barabai Darat. Ia tak sendiri sore itu melainkan ditemani seorang adiknya yang masih di bawah umur, ND.

Di Barabai Darat, RS yang baru saja mengikuti suatu kegiatan menwa itu kemudian diajak bertemu di rumah seorang rekan Sandri. Tujuannya, RS hendak mengembalikan handphone yang kemarin dibelinya.

Sandri yang mulanya menyanggupi, tiba-tiba mengaku kekurangan uang. RS kemudian diajak ikut ke rumah bos Sandri.

Mereka berdua kemudian berkendara menggunakan sepeda motor milik Rika 20 kilometer jauhnya menuju Tanah Habang. Sedang si adik ditinggal.

Namun bukannya ke rumah bosnya seperti yang dijanjikan, RS justru dibawa menuju sebuah kebun yang jauh dari permukiman warga di Haliau.

Menginjak adegan ke-25 sampai 30 rekonstruksi, RS kemudian berkali-kali memberontak saat Sandri berniat melecehkannya.

Adanya perlawanan membuat Sandri sempat kewalahan. Dengan gelap mata ia lalu memukul kepala RS dari belakang dengan sebuah batu.

Lebih dari 10 kali dipukul, atlet pencak silat ini mulai tak sadarkan diri. Apalagi setelahnya Sandri menutup mulut dan mencengkram leher RS. Namun dalam kondisi kritis, dengan lirik RS masih sempat terdengar mengucap takbir.

“Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar,” ucap RS lima kali mengucapkan takbir, seperti ditirukan Sandri saat rekonstruksi siang itu.

Sesuai adegan ke-33, barulah Sandri kemudian melepas celana PDL hijau yang dikenakan RS, anggota resimen mahasiswa itu.

Selesai membunuh, Sandri berniat meninggalkan jasad RS. Namun saat membuka jok sepeda motor, pada adegan 34, ia hanya mendapati sebuah jaket. Sandri lalu kembali untuk menutupi jasad RS sebelum melarikan diri.

Sampai menginjak waktu tarawih, RS tak kunjung kembali. ND yang hanya ditinggali handphone oleh Rika mulai panik. Sampai akhirnya ND kembali ke rumah, dan sekitar pukul 01.00 dini hari anggota Menwa 619 melaporkan kehilangan Rika ke Mapolres HST

Pencarian terhadap RS mulai dilakukan. Sehari berselang menjelang waktu berbuka puasa, jasad RS ditemukan oleh seorang pencari ikan. Terlihat kepala jasad sudah berlumuran bercak darah dikerumuni serangga. Celana RS juga sobek.

Lantaran simbol Mahanata yang dipakai almarhumah saat meninggal, malam itu jajaran Komenwa Suryanata kemudian menggelar upacara pemakaman secara militer.

Sehari kemudian, polisi menggerebek sebuah indekos di kawasan Bintara, HST. Sayang Sandri sudah tak di tempat. Pemilik kos bilang Sandri sudah tak pulang sejak Sabtu atau tepat di hari hilangnya RS.

Menerima laporan, Tim Resmob Polda Kalsel bergerak bersama Tim Satreskrim Polres HST mencari keberadaan Sandri. Mengendus keberadaan Sandri di Kalteng, tim gabungan kemudian berkoordinasi dengan Polda setempat.

Titik terang pencarian pembunuh Rika mulai terlihat di hari kesembilan. Atau ketika tim mendapati informasi keberadaan Sandri di Desa Muara Kurun.

Singkat cerita, Selasa 12 April sekitar pukul 07.30, tim gabungan berhasil mengamankan Sandri. Tak mudah untuk mengamankan pemuda bertato ini.

Sandri sempat mencoba berontak dan berteriak untuk memprovokasi warga setempat. Tak ayal sebutir timah panas dari tembakan petugas bersarang di kaki kanan residivis satu ini.

Selain menangkap Sandri, polisi turut menyita barang bukti utamanya sepeda motor RS yang pelat nomornya telah berganti.

Atas aksi kejinya, Sandri yang juga residivis kasus serupa disangkakan tiga pasal sekaligus. Dari pencurian dengan kekerasan, pemerkosaan, dan yang terberat dalam pembunuhan berencana.

Terkait dakwaan kedua, polisi kabarnya masih menunggu bukti forensik dari Banjarmasin untuk secepatnya melimpahkan perkara ini ke kejaksaan.

“Saya sakit hati karena diminta membayar uang [pengembalian handphone] oleh korban,” ujar Sandri ketika ditanyai motif pembunuhan RS oleh polisi. **